Pengaruh Opini di Media Massa dalam Study Kasus PILKADA DKI 2017

Opini public

Mereka yang memiliki pandangan minoritas biasanya cenderung untuk berhati-hati dalam berbicara atau bahkan diam saja. Hal ini akan memperkuat pandangan publik bahwa pendapat mereka lemah. Dalam hal ini, teori spiral kebisuan berada di persimpangan jalan antara opini publik dengan media.[1] Suatu “opini” adalah pernyataan dari sikap, dan opini dapat berubah-ubah dalam hal intensitas dan stabilitasnya. Dengan mengacu pada interprestasi dalam bahasa inggris dan Perancis terhadap kata “opini”, Noelle-Neumann menyatakan bahwa opini adalah derajat kesepakatan dari suatu masyarakat tertentu. Menurutnya, dalam proses spiral kebisuan, opini adalah sama atau sinonim sebagai sesuatu yang dipandang dapat diterima. Dengan memerhatikan segala hal tersebut.
Opini publik mengacu pada perasaan bersama dari suatu populasi atas suatu masalah tertentu. Sering kali, media menentukan masalah apa yang penting atau menarik bagi masyarakat dan media sering kali menciptakan kontroversi terhadap suatu topic. Noelle-Neumann selanjutnya mengatakan bahwa opini publik dapat dipengaruhi oleh siapa yang menyetujui atau menolak suatu pandangan.
Teori spiral kebisuan yang dikemukakan Elisabeth Noelle-Neumann mencoba menunjukan bagaimana komunikasi interpersonal dan pesan yang disampaikan media bekerja secara bersama dalam mengembangkan opini publik.[2] Noelle-Neumann mempelajari bahwa dalam pemilihan umum (pemilu), beberapa pandangan atau opini lainnya. Ia juga melihat bahwa banyak orang yang tidak mengemukakan pandangannya tersebut. Noelle-Neumann menyebut situasi tersebut sebagai spiral keheningan yang terjadi ketika orang mengemukakan opininya karena merasa pandangannya mewakili pandangan yang popular, sedangkan mereka yang merasa opininya tidak mewakili pandangan popular memilih untuk diam. Proses ini terjadi dalam pola atau bentuk menyerupai spiral sedekimian rupa sehingga satu pendapat akan berakhir dengan publisitas dan popularitas tinggi, sedangkan pendapat lainnya akan berakhir dengan publisitas dan popularitas rendah.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menyatakan pandangan atau pendapat kita dalam berbagai cara: Kita membicarakannya dengan orang lain, mungkin orang mengenakan pakaian atau kaus bertuliskan pesan tertentu (yang sesuai dengan pandangannya), atau menempelkan stiker dengan tulisan atau lambing tertentu di kendaraannya. Menurut teori ini, orang akan cenderung melakukan berbagai tindakan tersebut ketika mereka menganggap orang lain akan memiliki pandangan serupa dengan pesan-pesan yang kita kemukakan, sebaliknya orang akan menghindari tindakan tersebut jika ia menilai banyak orang yang tidak sepandangan dengan pesan yang kita sampaikan.
Noelle-Neumann percaya bahwa struktur masyarakat tergantung pada orang-orang yang memberikan pengakuan dan mengesahkan nilai-nilai itu diterima masyarakat ataukah tidak. Bila orang setuju dengan seperangkat nilai-nilai maka kekhawatiran terhadap ancaman isolasi menurun. Ketika ada perbedaan dalam penerimaan nilai-nilai maka ancaman isolasi akan meningkat. Dalam hal ini Elizabeth menyatakan “ketidaknyamanan berdiri sendirian akan membuat pendapat mayoritas tampak lebih menarik daripada bersikap teguh terhadap pendirian sendiri”
Spiral kesunyian tampaknya disebabkan adanya perasaan takut terisolasi atau terkucil dari lingkungan. Spiral kesunyian bukan sekedar persoalan ikut-ikutan atau berada dipihak yang menang tetapi merupakan upaya untuk menghindari diri dari situasi terisolasi dari kelompok sosialnya. Ancaman akan adanya celaan atau kritik dari pihak lain menjadi faktor yang sangat kuat dalam menjadikan seseorang tidak mengemukakan pendapatnya. Misalnya, seseorang yang memiliki kebiasaan merokok dan sering kali dikritik karena sikapnya yang mendukung kebiasaan merokok akan memilih diam daripada mengemukakan pandanganya dalam persoalan ini jika ia harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak merokok dan aktif menyatakan pendapatnya.
Kita dapat menyimpulkan dengan mudah bagaimana proses ini mempengaruhi opini publik. Namun demikian terdapat pula pengecualian, tentunya terhadap spiral kebisuan ini karena sering kali terdapat kelompok-kelompok atau individu yang tidak takut terisolasi dan mereka akan menyatakan pendapat mereka tidak peduli apa pun resikonya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki cirri-ciri sebagai innovator, pembaru perintis dan penggagas ide-ide baru.

Peran Media

Media masa sebagai saluran pilar keempat demokrasi tentu saja merasa memiliki tanggungjawab untuk menyalurkan apa yang dikehendak rakyat. Menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial, mediapun inters memberitakan kasus ini, media masa sendiri menjadi objek pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat , jadi pengawasan sosial yang berlangsung sifatnya adalah timbal balik antara media massa dengan masyarakat itu sendiri.
Media masa dengan fungsinya sebagai pemberi informasi memberitakan konflik secara terus menerus dan lebih intens. Melalui fungsinya sebagai kontrol sosial pun media menyalurkan opininya lewat berbagai editorial yang pada akhirnya membentuk suatu konsensus yang diterima pula oleh public.[3]
Spiral kebisuan merupakan gejala atau fenomena yang melibatkan saluran komunikasi personal dan komunikasi melalui media. Media berfungsi menyebarluaskan opini publik yang menghasilkan pendapat atau pandangan yang dominan. Sementara individu dalam hal menyampaikan pandangannya akan bergantung pada pandangan yang dominan, sedangkan media pada gilirannya cenderung memberitakan pandangan yang terungkap, dan karenanya spiral kesunyian berlanjut.
Dalam menjelaskan mengapa media memberikan pengaruh terhadap opini publik, Noelle-Neumann yang menjelaskan bahwa media tidak memberikan interprestasi yang luas dan seimbang terhadap peristiwa sehingga masyarakat memiliki pandangan terhap realitas secara terbatas dan sempit. Medis massa memiliki 3 sifat atau karakteristik yang berperan membentuk opini publik yaitu: ubikuitas, komulatif dan konsonan.
Sifat “ubikuitas” mengacu pada fakta bahwa media merupakan sumber informasi yang sangat luas karena terdapat di mana saja, dengan kata lain ubikuitas adalah kepercayaan bahwa media terdapat dimana-mana. Karena media terdapat di mana saja maka media menjadi instrument yang sangat penting, diandalkan dan selalu tersedia ketika orang membutuhkan informasi. Media berusaha mendapatkan dukungan publik terhadap pandangan atau pendapat yang disampaikan, dan selama itu pula pandangan atau pendapat itu terdapat dimana-mana.
Sifat “kumulatif” media mengacu pada proses media yang selalu menggulang-ulang apa yang disampaikannya. Pengulangan terjadi di sepanjang program, baik pada satu media tertentu ataupun pada media lainnya, baik yang sejenis maupun tidak.
Sifat “konsonan” mengacu kepada kesamaan kepecercayaan, sikap dan nilai-nilai yang dianut oleh media massa. Noelle_Neumann menyatakan, bahwa konsonan dihasilkan berdasarkan kecendrungan media untuk menegaskan atau melakukan konfirmsi terhadap pemikiran dan pendapat mereka sendiri, dan menjadikan pemikiran dan pendapat itu seolah-olah berasal dari masyarakat.
Ketiga karakteristik media tersebut ubikuitas, kumulatif dan konsonan memberikan kontribusi terhadap munculnya spiral kebisuan karena media memiliki kemampan untu kmenentukan dan menyebarluaskan pandangan-pandangan yang dinilai lebih dapat diterima publik secara umum. Dengan kata lain, mereka yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan pandangan khalayak akan lebih sulit untuk mendapatkan tempat di media massa. Selain itu, menurut teori ini, pandangan minoritas cenderung dijadikan kambing hitam oleh media massa. [4]

Pengaruh Opini Publik dalam Media Massa terhadap Citra Seorang Pemimpin

Opini publik terjadi akibat presepsi-presesi yang timbul dan kemudian berkembang. Karena opini publik bukan organisasi dan tidak ada pemimpinnya maka opini publik tidak bisa dikendalikan, pasti selalu ada pro dan contra. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang kemudian menjadi dampak di masyarakat. Dampak opini publik bisa positif bisa negatif bagi masyrakat. Dampak negatifnya adalah seperti tersebarnya desas-desus atau isu-isu atas sesuatu hal dan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata dari akibat opini publik tersebut.
Sebagai contohnya, para pemimpin yang mengeluarkan salah satu opini harus berhati-hati sebelum mengeluarkan opini dan menyebarkannya ke masyarakat luas, karena sebagian masyarakat bisa saja menyimpulkan hal tersebut melalui pemikirannya sendiri dan menimbulkan dampak negatif terhadap pemimpin tersebut. Sedangkan dampak positifnya seperti misanya menyebarluasnya berita baik seseorang akibat opini publik yang dapat meningkatkan prestasi pemimpin tersebut.
Dengan kata lain opini publik dapat menimbulkan kontroversi, antara pemerintah dan masyarakat sendiri. Namun, tidak jarang juga opini publik justru diarahkan untuk menguatkan kekuatan para pemimpin. Dari hal itulah, opini publik juga tidak sepenuhnya mencerminkan kehendak rakyat sesuai dengan hati nurani masing-masing individu.

Study Kasus PILKADA DKI 2017


Tabel Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Dki Jakarta Periode 2017-2022.[5]
NAMA CAGUB-WAGUB
PROFESI
PARTAI PENGUSUNG
AGUS - SYLVIANA
TENTARA REPUBLIK INDONESIA
DEMOKRAT, PAN, PKB, DAN PBB
AHOK - DJAROT
GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAKARTA PERIODE 2012-2017
PDI PERJUANGAN, NASDEM, HANURA, DAN GOLKAR
ANIES – SANDIAGA UNO
MANTAN KEMENDIKBUD 2014-1016
DAN PENGUSAHA
GERINDRA DAN PKS


           
            Pilkada serentak di seluruh indonesia sudah diberlakukan sejak tahun 2016 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk memangkas atau menghemat biaya pilkada yang banyak sekali mengeluarkan biaya secara Cuma Cuma. Kegiatan ini sangat diapresiasif positif oleh masyarakat indonesia. Mereka mengganggap kegiatan pilkada serentak ini sangatlah afektif bagi seluruh pihak pihak yang terlibat dalam kegiatan pemilu tersebut. Dalam pembahasan kali ini, kita akan membahas tentang pilkada 2017 di ibu kota kita DKI jakarta yang semakin dekat dengan pemimpin barunya. Terdapat 3 calon dari ras dan profesi yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu ingin membangun jakarta menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Seperti kita ketahui,banyak sekali permasalahan yang terjadi di jakarta seperti banjir,kemacetan,pelecehan seksual,bahkan peneroran sangat sering terjadi di ibu kota DKI jakarta. Seperti  kasus yang tidak luput dari pandangan masyarakat pada waktu itu, yaitu kasus peneroran yang terjadi di daerah Sabrina jakarta tepatnya di salah satu tempat tongkrongan anak muda yaitu “COFFE STARBUCK”. Dan masih banyak lagi kejadian yang terjadi di jakarta dan bahkan membahayakan warga DKI itu sendiri
1.      AGUS-SILVIANA
Nama Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni muncul sebagai pasangan diusung koalisi Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Keduanya maju ke Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.  Keduanya adalah sama-sama berstatus peegawai negeri dan berencana mundur dari jabatan professional mereka saat ini. Agus memiliki gelar akademisi yang lumayan komplit. Usai kenaikan pangkat menjadi Mayor Infanteri pada April 2012, Agus sempat mengajar di Program Pasca Sarjana Universitas Pertahanan Indonesia. Dia hanya menjadi dosen pada 2013-2014, sebelum menduduki jabatannya di TNI saat ini.
Putra Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini peraih Adhi Makayasa, menjadi lulusan terbaik Akademi Militer pada 2000. Tiga gelar di belakang nama lengkapnya didapat usai menjalani pendidikan di tiga universitas ternama, yaitu Nanyang Technological University Singapura (lulus pada 2006), Harvard University Amerika Serikat (lulus 2010), dan Webster University AS (lulus 2015). Di TNI, Agus tercatat pernah mendapat empat mendali kehormatan, yaitu Dharma Yudha, Shanti Dharma, Wira Siaga, Wira Karya, dan sejumlah penghargan tinggi lainnya. Dia sempat menjadi menjadi komandan operasi khusus di Aceh pada 2002-2003, dan bertugas di satuan khusus TNI yang dikirim ke Lebanon pada 2006-2007. Berbeda dengan Agus yang berlatar belakang militer, Sylviana dikenal sebagai birokrat, akademisi, dan aktivis organisasi sebelum menjabat Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Kebudayaan dan Pariwisata.  Wanita kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1958 ini sempat melalang buana di sejumlah institusi pemerintah daerah DKI. Dia pernah menjabat Kepala Biro Bina Sosial DKI pada 1999-2001. Karirnya berlanjut saat diangkat menjadi Kepala Dinas Kependudukandan Catatan Sipil (DKCS) DKI, pada 2001-2004.  Tak berhenti, Sylviana pun menduduki kursi Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI pada 2004-2008. Dia pun menjadi Walikota Jakarta Pusat pada 2008-2013, lalu berpindah ke Balai Kota DKI dengan jabatannya saat ini.[6]
2.      AHOK-DJAROT
Pada tahun 2009, Basuki mencalonkan diri dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Bangka Belitung mewakili Partai Golongan Karya. Ia sukses meraup 119.232 suara dan duduk di Komisi \ Pada tahun 2011, ia membuat kontroversi setelah menyuarakan laporan dan keluhan masyarakat Bangka Belitung yang ditemuinya secara pribadi dalam masa reses.
Laporan ini mengenai bahaya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan kapal hisap dalam eksploitasi timah. Basuki dianggap menghina pengusaha dari Belitung dan dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR oleh Front Pemuda Bangka Belitung (FPB). Ia menyayangkan aksi pelaporan ini karena tidak substansial dengan masalah yang ia bicarakan, yaitu pencemaran lingkungan Pada tahun 2010, ia telah menyuarakan pentingnya laporan kekayaan dan pembuktian terbalik bagi calon kepala  daerah yang akan mengikuti proses pilkadaBasuki sesungguhnya telah berniat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 2011 melalui jalur independen. Ia sempat berusaha mengumpulkan fotocopy kartu tanda penduduk (KTP) untuk bisa memenuhi persyaratan maju menjadi calon independen. Namun pada awal tahun 2012, ia mengaku pesimistis akan memenuhi syarat dukungan dan berpikir untuk menggunakan jalur melalui partai politik. Selama masa kepemimpinannya di DKI jakarta bersama pak jokowi sejak tahun 2013 sangat disrespon positif oleh masyarakat dki jakarta walaupun pada tahun 2014 ia ditinggal oleh pak jokowi karena beliau naik menjadi calon presiden pada waktu itu.
Pak ahok naik menggantikan pak jokowi di kursi DKI jakarta pada tahun yang sama.menjalankan tugasnya sendiri sebelum ia dan partai PDI perjuangan menunjuk pak djarot untuk menjadi wakil gubernur DKI menggantikan kursi yang tinggalkan pak ahok. Dalam masa kepemimpinannya, banyak sekali perubahan perubahan yang terjadi di jakarta seperti banjir semakin sedikit, kemacetan berkurang 15%, serta lingkungan lingkungan yang dianggap tidak layak mereka menggantinya dengan rusun yang pemerintah DKI jakarta sediakan. Program program mereka sangat berguna dan tujuan serta keberanian yang ditampilkan oleh kedua pasangan ini bisa dikatakan “PERFECT INSTITUTE”. Namun disisi lain, banyak sekali Kendala kendala yang menerpa pasangan ini dalam memimpin DKI. Tidak asing lagi ormas fpi sering sekali mengutarakan pendapatnya serta kegiatan demo yang mereka sering lakukan untuk melengserkan kedua pasangan ini pada waktu masa pemerintahannya serta melakukan hal hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan mereka. Namun, hal ini tidak menurunkan  respect masyarakat terhadap ahok-djarot dalam kembali memimpin DKI. Tercatat, menurut survey LSI ahok unggul 45% dari calon lain yang mendaftarkan dirinya ke KPU dalam pemilu 2017-2022. Masyarakat mengganggap bahwa pasangan ini konsisten dengan apa yang dilakukannya dan hal hal yang mereka lakukan sudah terbukti di mata masyarakat DKI itu sendiri.ahok djarot diusung oleh partain partai yang elektebelitasnya sudah tidak diragukan lagi di indonesia. Dengan tim sukses dan para relawan teman ahok, mereka optimis bisa memenangkan pilkada pada tahun 20117 mendatang.[7]
3.      ANIES – SANDIAGA UNO
            Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008. Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko. Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009). Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional. Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Setelah tidak menjabat sebagai menteri pendidikan, Anies Baswedan kemudian diusung oleh partai Gerindra untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta. Sandiaga Salahuddin Uno merupakan seorang pengusaha yang berhasil mendirikan sebuah perusahaan investasi bersama Edwin Soeryadjaya yang dinamakan Saratoga Capital. Perusahaan ini bergerak dalam bidang infrastruktur dan sumber daya alam. Jabatan CEO di perusahaan tersebut kini tengah disandangnya di samping menjadi pimpinan di beberapa perusahaan lain termasuk perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia yaitu PT. Adaro. Tidak cepat puas, dia juga berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan aset yang dinamakan PT. Recapital Advisors. Karena ketertarikan dan performanya yang baik di dunia bisnis, ia sempat ditunjuk menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang beranggotakan bahkan lebih dari 30ribu pengusaha untuk periode 2005-2008. Selain itu, ia juga aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) sehingga sempat menduduki jabatan wakil ketua umum bidang usaha mikro kecil menengah dan koperasi.
Pada tahun 1990, Sandiaga pernah mengenyam pendidikan di Wichita State University dan dapat lulus dengan predikat cum laude dalam penempuhan gelar Bachelor of Business Administration. Dua tahun kemudian, ia melanjutkan studi di George Washington University untuk mendapatkan gelar master.Jam terbangnya dalam dunia bisnis membawanya untuk menerima sebuah anugerah sebagai "Indonesian Entrepreneur of the Year" pada ajang Anterprise Asia. Pada tahun 2008, ia mewakili Indonesia untuk bergabung dengan sebuah program kegiatan bernama Asia 21. Di luar kegiatan bisnisnya, ia mengatur jadwal lain untuk sekedar berolahraga bersama keluarga k nya. Hobinya bermain bola basket juga membawanya menjadi Manajer Timnas Bola Basket Putri Indonesia di ajang SEA Games 2005 di Filipina. Berkat usaha kerasnya, Globe Asia mencatatnya sebagai orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan nilai kekayaan mencapai 245 juta dollar AS. Kesuksesan dalam bisnis menjadikan kiprah kepemimpinan Sandiaga tercium oleh partai Gerindra. Menghadapi Pilgub DKI 2017 nanti, Gerindra dan PKS sepakat mengusung Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur. Mendampingi Anies Baswedan, yang baru saja lengser dari jabatannya di kementerian pendidikan. Pasangan Anies-Sandiaga diprediksi akan menjadi pesaing utama calon petahana, Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.[8]






[1] West dan Turner, Introducing Communication Theory, hlm. 443
[2] Elisabeth Noelle-Neumann, The Spiral of Silence, hlm. 178
[3] Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, PT Remaja Rosdakarya:2010, hlm. 109
[4] Morissan, Teori Komunikasi Indivisu Hingga Massa, Kencana, 2013, hlm.532
[5] http//.Tempo.co.tabelbakalcalongubernurdki
[6] https://m.tempo.co/read/news/2016/09/23/083806714/profil-agus-sylviana-tentara-akademisi-dan-birokrat-tulen
[7] Selasa24oktTVONEindonesialawyerclub”tigakartuasdibuka,siapapemenang?”
[8] Selasa24oktTVONEindonesialawyerclub”tigakartuasdibuka,siapapemenang?”

Comments

Popular Posts